Softskill Bahasa Indonesia 2



PENALARAN DEDUKTIF

Definisi Penalaran Deduktif

Merupakan metode untuk menarik kesimpulan dengan menghubungkan data-data yang bersifat umum, kemudian dijadikan suatu simpulan atau fakta yang khusus. Contoh:
Premis Mayor              = Semua makhluk adalah ciptaan Tuhan. (U)
Premis Minor               = Manusia adalah makhluk hidup. (U)
Kesimpulan                 = Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. (K)

Dapat dilihat dari contoh diatas bahwa pernalaran ini dimulai dengan suatu premis (pernyataan dasar)  untuk menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar itu. Artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada di dalam pernyataan tersebut. Jadi sebenarnya proses deduksi ini tidak menghasilkan suatu pengetahuan yang baru, melainkan pernyataan kesimpulan yang konsisten berdasarkan pernyataan dasarnya.

Bentuk Penalaran Deduktif

Menurut bentuknya, penalaran deduktif dibagi menjadi dua yaitu:
1)      Silogisme
2)      Entimen

Silogisme

            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) silogisme adalah bentuk, cara berpikir atau menarik kesimpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus dan kesimpulan. Silogisme merupakan suatu cara pernalaran yang formal namun, bentuk penalaran ini jarang dilakukan dalam komunikasi sehari-hari. Melainkan yang sering dijumpai hanyalah pemakaian polanya, meskipun secara tidak sadar. Silogisme terdiri dari tiga antara lain:

1)      Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Kondisional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Apabila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
a)      Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor dan term penengah.
b)      Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan
c)      Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
d)     Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
e)      Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
f)       Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
g)      Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
h)      Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

2)      Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengandaian dengan jika … konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.

3)      Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya. Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu:
a)  Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain.
b)    Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain.
Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lisan maupun tulisan yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Entimen atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimen. Penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah “enthymeme” kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.

Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah “retorik silogisme” adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya, entimen merupakan silogisme yang diperpendek. 

Contoh:
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.

Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi 2 bagian:
Menipu adalah dosa. → Kesimpulan
Karena (menipu) merugikan orang lain. → Premis Minor, karena bersifat khusus.

Dalam kalimat di atas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor. Untuk melengkapinya kita harus ingat bahwa premis mayor selalu bersifat lebih umum, jadi tidak mungkin subjeknva "menipu". Kita dapat menalar kembali dan menemukan premis mayornya: Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa. Untuk mengubah entimen menjadi silogisme, mula-mula kita cari dulu simpulannya. Kata-kata yang menandakan simpulan ialah kata-kata seperti: jadi, maka, karena itu, dengan demikian, dan sebagainya. Kalau sudah, kita temukan apa premis yang dihilangkan.

Referensi :






Komentar